Ragam

DONGZHI BUKAN SAAT TIBA MUSIM DINGIN

BANDUNG.SJN COM.-

Oleh Uung Sendana Pengurus Matakin

Salam Kebajikan,
惟德動天,

Beberapa hari yang lalu perayaan dan persembahyangan Dongzhi baru saja dilaksanakan dengan berbagai motif, baik karena alasan agama maupun alasan ‘budaya’. Bertebaran berbagai ucapan dan meme mengenai Festival Dongzhi berikut berbagai gambar kue ronde.

Berbagai tulisan dibuat dan dapat dibaca di media sosial maupun media massa. Sebuah peristiwa agama dan budaya tentu saja mengandung makna dan asal usul. Makna bisa beragam tergantung sudut pandang, motif, dan zaman. Asal-usul pun bisa beraneka karena beberapa alasan, misal karena sumber bacaan atau pengetahuan yang dimiliki penulis.

Membaca beberapa tulisan mengenai Dongzhi yang beredar dalam lini masa, ada salah kaprah dari para penulis tersebut.

Para penulis mengatakan bahwa Dongzhi adalah ‘tibanya musim dingin’ atau ‘ketibaan musim dingin’.

Dongzhi bukanlah saat tibanya musim dingin. Dongzhi adalah saat Zhong Dong (bulan pertengahan musim dingin). Saat tibanya musim dingin adalah saat Li Dong (7/8 November pada penanggalan Masehi). Dongzhi adalah titik tengah antara Li Dong (7/8 November) dan Li Chun (4/5 February).

Kita simak Liji IVD Yue Ling I: 10
“Pada bulan ini, tiba saat upacara Li Dong (tegak musim dingin). Tiga hari sebelum upacara, Pencatat Sejarah Agung (Daishi) melapor kepada Tianzi dengan berkata, “Pada hari anu adalah saat upacara Li Dong (8 November), Kejayaan kebajikan musim ini ada pada air.” Tianzi segera bersuci diri; dan pada hari Li Dong, Tianzi langsung memimpin San Gong, Jiu Qing, dan para Da Fu menyambut kehadiran musim dingin di pinggiran kota utara (Bei Jiao)…”
Saat Meng Dong (bulan pertama musim dingin) adalah sekitar Li Dong (7/8 November) dan Xiao Xue (22/23 November).

Saat Zhong Dong (bulan pertengahan musim dingin) adalah sekitar Da Xue (7/8 Desember) dan Dong Zhi (21/22 Desember).

Saat Ji Dong (bulan terakhir musim dingin) adalah sekitar Xiao Han (5/6 Januari) dan Da Han (20/21 Januari).

Jadi harus dipahami mengenai er shi si jie qi 二十四节气 (24 ‘kedudukan’ matahari) yang dihitung berdasarkan posisi matahari pada ekliptika yang membagi satu tahun ke dalam 24 periode yang setara sehingga tidak terjadi salah kaprah.

Selama ribuan tahun, penanggalan yang digunakan di Tiongkok adalah penanggalan lunisolar, kombinasi antara peredaran bumi mengelilingi matahari dan bulan mengelilingi bumi, hanya awal tahun barunya beberapa kali berubah, hingga sejak zaman Dinasti Han (104 SM) hingga sekarang digunakan penanggalan Kongzili/Imlek dengan awal tahun baru antara Da Han (20/21 Januari) dan Yu Shui (19/20 Februari). Penanggalan Kongzili berbeda awal tahun barunya dengan kalender Huang Di (2711 SM–2598 SM). Dalam sistem penanggalan Huang Di, awal tahun baru adalah pada saat Li Chun (4/5 Februari).

Baginda Yao yang memerintah tahun 2357 SM-2257 SM bersabda dalam Shu Jing I. Tang Shu. Yao Dian I: 8.
“O! Kamu Xi dan He, camkan setahun itu ada 366 hari; dengan mengingat adanya bulan kabisat, tetapkanlah ke empat musim dalam setahun. Berdasar itu, aturlah beratus tukang/pekerja itu sehingga semua pekerjaan sepanjang tahun terselenggara baik.”

Dengan membaca kitab-kitab klasik Ru-Khonghucu (Wu Jing), akan diketahui betapa ilmu perbintangan (astronomi) telah berkembang dengan pesat ribuan tahun sebelum kalender Gregorian/Masehi yang kita gunakan sekarang diciptakan. Kalender Gregorian merupakan perbaikan kalender Julian dan ditetapkan penggunaannya pada tahun 1582 M, lalu pada abad ke 20 M diadopsi penggunaannya oleh negara-negara di Asia—termasuk Indonesia dan Tiongkok karena bangsa Eropa mampu menaklukkan bangsa-bangsa Asia dan menguasai perdagangan.

Sayangnya warisan yang sedemikian luar biasa diterima oleh umat Ru-Khonghucu dan orang Tionghoa pada umumnya sering kali terlupakan dan terabaikan. (US) 23122021