Regional

Deklarsi Tirakat Nasional dan Malu pada Diri Sendiri

KEDIRI.SJN COM.-Puluhan santri dan santriwati mendeklarasikan tirakat nasional dan malu pada diri sendiri pada tasyakuran Hari santri Nasional yang berlangsung di situs Ndalem pojok Persada Soekarno Kediri. Deklarasi “Gerakan Nasional Mentirakati Pemimpin Bangsa” ini merupakan puncak acara dari rangkain peringatan di situs rumah masa kecil Presiden Pertama ini. Jum’at 22 Oktober 2021.

“Sebenarnya agenda deklarasi ini tidak ada dalam draf acara. Ini adalah keinginan spontan para santri, setelah mengetahui dan bisa bisa memaknai Hari Santri usai melakukan serangkaian kegiatan. Mulai dari upacara, mendengarkan pidato, santunan anak yatim, doa bersama, selamatan dan sarasehan kebangsaan. Bagaimana perjuangan para ulama’ dan para santri dalam mempertahan NKRI pada awal kemerdekaan,” aku Sikan Abdillah Ketua Panitia. “Nampaknya jiwa kita langsung tergugah,” tambah Sikan usai upacara, Jum’at 22 Oktober 2021.

“Hati kita tiba-tiba tergugah setelah kita bulatkan niat bahwa kita tidak ingin hanya sekedar menggelar seremonial pada Hari Santri ini,” tambah M Zuhdi Pemimpin Apel Hari Santri Nasional.

Dekalasi dibacakan oleh Dr. Taufiq Alamin menjelang detik-detik sholat Jum’at. Pria yang juga Dosen IAIN Kediri ini berdiri didampingi para tokoh pemuda dan organisasi, semua para santri-santriwati juga ikut berdiri dan menirukan apa yang telah menjadi kesepakatan bersama.

Secara garis besar isi deklarasi tirakat nasional ini ada tiga pokok. Pertama para santri sepakat untuk mendokan para pimimpin bangsa agar terus lahir pemimpin-pemimpin yang adil. Kedua berpuasa, bersumpah pada dirinya sendiri tidak akan menerima money politic pada saat ada pemilihan pimpinan mulai dari kepala desa hingga presiden. Ketiga masing-masing harus meningkatkan cinta tanah air dan cinta NKRI.

Ketua Harian Situs Ndalem Pojok Persada Sukarno Kediri mengakui bahwa deklarasi gerakan tirakat nasional ini adalah langkah yang sangat baik tidak sekedar seremonial saja tapi ada langkah nyata, mengenahi apa yang harus dilakukan.

“Luar biasa ini sudah level tiga, kalau dipendidikan karakter bangsa Bintara Polri,” aku Pria yang juga anggota Tim Penguatan Karakter Bangsa Nasional yang baru-baru ini mendapatkan penghargaan dari Kapolri.

“Level paling rendah adalah mengetahui, berikutnya meraskan, kemudian naik melakukan, naik lagi mengajak, lalu menjadi rule model dan terahir bisa mempengaruhi kebijakan nasional,” aku Kus.

Jadi menurut Kus, apa yang dilakukan para santri pada tasyakkuran Hari Santri Nasional di situs Ndalem Pojok adalah langkah maju masuk level tiga. Tidak hanya mengetahui apa Hari Santri, tapi juga merasakan makna Hari Santri dan juga ingin melakukan sesuatu.

Ditambahkan, jika gerakan ini terus dilakukan akan naik level, bisa mengajak keluarga dan teman dekat, kemudian menjadi rule model untuk masyarakat dan pada ahirnya tidak mustahil naik level enam, gerakan ini bisa mempengaruhi kebijakan nasional.

“Kami yakin, kalau kita kukuh maka Allah Tuhan Yang Maha Kuasa akan menolong kita. Sebagaimana kata Presiden Soekarno “Jika kamu memiliki keinginan kuat didalam hatimu maka alam semesta akan bahu membahu mewujudkannya. Artinya menurut Bung Karno hakekatnya bukan kita yang akan mewujudkan tapi alam semesta. Tugas kita hanyalah menguatkan keinginan, keyakinan dan berusaha menurut kemampuan,” papar Kus lagi.

Teory perjuangan seperti ini menurut Kus, sebagai disebutkan didalam Pembukaan UUD 1945 Alinea ketiga “Atas Berkat Rohmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keninginan luhur.

“Jadi tugas anak-anak bangsa ini sebenarnya sederhana, miliki keingianan luhur dan kuatkan, selanjutnya perjuangkan menurut kemampuan, selebihnya serahkan pada Berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa, beres. Tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih dan mohon maaf atas segala kekurangan dan kehilafan,” tandasnya. (red)