Ekonomi

Jabar Menjadi Destinasi Investasi Terbaik Di Asia Tenggara.

BANDUNG.SJN COM.-WJIS merupakan hasil kolaborasi dan sinergi seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Jawa Barat bersama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, khususnya melalui DPMPTSP yang telah dilakukan sejak 2019. Mengusung tema “Navigating Post – Covid World: Investment Growth for Resilient West Java”, the 3rd WJIS 2021 akan diselenggarakan pada 21-22 Oktober 2021.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Noneng Komara Nengsih menuturkan bahwa kegiatan ini mengambil tema “Navigating Post – Covid World: Investment Growth for Resilient West Java”, the 3rd WJIS 2021. Mudah-mudahan investasi Jawa Barat menjadi tetap menjadi destinasi terbaik di Indonesia. Mudah-mudahan cita-cita dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjadi Destinasi Investasi Terbaik di Asia Tenggara bisa tercapai, bisa tercapai tentu saja ini merupakan juga tantangan untuk pengembangan ekonomi. Investasi di Jabar menjadi anugrah karena akses, tenaga kerja, peningkatan nilai tambah, pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat tentu saja akhirnya meningkatakan daya beli, pada akhirnya mensejahterakan masyarakat Jawa Barat.

Mudah-mudahan seluruh masyarakat Jawa Barat, kita sama-sama menyadari bahwa Jabar menjadi posiisi nomor satu dan ini adalah harapannya juga untuk kesejahteraan warga Jabar ujar Noneng Komara Nengsih.

Sementara itu Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bambang Purnomo memaparkan Perekonomian global tahun 2021 diproyeksikan tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya, didorong oleh kemajuan vaksinasi di berbagai negara, serta stimulus fiskal dan moneter yang kuat, terutama di negara maju. Kemajuan vaksinasi di negara maju, yang berdasarkan data IMF WEO pada 16 Oktober 2021 sebanyak 58% negara maju telah fully vaccinated, mempercepat recovery ekonomi terutama di Amerika Serikat dan Eropa. Negara maju juga masih melanjutkan stimulus fiskal yang direalisasikan secara bertahap untuk mendorong akselerasi pemulihan ekonomi dan berpotensi memperkuat permintaan global, serta aliran dana ke negara-negara emerging market. Hal ini menjadi sentimen positif dan diyakini dapat mendorong capital inflow ke negara berkembang pada 2021, tak terkecuali Indonesia. Hingga September 2021, capital inflow ke Indonesia tercatat masih cukup tinggi, yakni mencatatkan net inflows sebesar USD1,5 miliar.

Sejalan dengan besarnya potensi capital inflow dari negara maju dan dukungan kebijakan ekonomi nasional yang akomodatif, pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2021 juga diperkirakan tumbuh positif. Senada dengan hal tersebut, perekonomian Jawa Barat 2021 juga menunjukkan perbaikan dibandingkan 2020. Optimisme tersebut terutama disokong oleh perbaikan kinerja sektor industri pengolahan yang ditopang oleh peningkatan permintaan ekspor dan domestik, tercermin dari kapasitas utilisasi industri saat ini yang telah mencapai 79%, jauh lebih baik dibandingkan tahun 2020. Di sisi lain, kemajuan percepatan vaksinasi yang terus berlanjut di Jawa Barat diharapkan dapat mendorong pencapaian target vaksinasi pada Desember 2021 untuk mendukung tercapainya herd immunity. Sampai dengan saat ini, beberapa kabupaten/ kota telah mencapai persentase vaksinasi sebesar 50% dari total sasaran target. Hal ini terus mendorong optimisme pemulihan ekonomi Jawa Barat ke depan. Secara keseluruhan, prospek ekonomi global yang lebih baik dan perbaikan ekonomi domestik yang terus bergulir akan memberikan iklim investasi yang lebih kondusif dan optimisme bagi investor.

Berdasarkan data PDRB, investasi memberikan sumbangan pada perekonomian Jawa Barat sebesar 24,88% atau komponen kedua yang memberikan sumbangan terbesar setelah konsumsi. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan investasi memberi daya dorong yang kuat bagi akselerasi pemulihan ekonomi Jawa Barat. Pada tahun 2020, Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Jawa Barat tercatat pada kisaran 4%, jauh lebih baik dibandingkan dengan nasional yang sebesar 6,8%. Hal ini didukung oleh ketersediaan dan kualitas infrastruktur di Jawa Barat yang relatif lebih baik dibandingkan berbagai provinsi lain di Indonesia. Infrastruktur menjadi daya tarik investor untuk menanamkan modal di Jawa Barat, antara lain kawasan industri, jalan tol, jalur kereta api, bandara, dan pelabuhan yang terus dikembangkan, serta dukungan kebijakan dan berbagai insentif yang memberikan kemudahan bagi investor. Berdasarkan ICOR tersebut, berinvestasi di Jawa Barat relatif lebih efisien, yakni untuk menambah 1 persen pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat, hanya diperlukan peningkatan investasi sekitar 4 persen. Efisiensi investasi ini menyebabkan Jawa Barat menjadi kontributor utama investasi nasional.

Pada semester I 2021 realisasi investasi Jawa Barat merupakan yang tertinggi secara nasional mencapai Rp72,50 triliun bersumber dari PMA 61,06% dan PMDN 38,94%. Adapun mayoritas investasi dikucurkan untuk sektor perumahan dan kawasan industri, industri otomotif, transportasi, serta konstruksi. Khusus untuk PMA, negara asal investor cukup beragam antara lain berasal dari Korea Selatan, Jepang, China, Belanda, dan Singapura. Masih tingginya realisasi investasi Jawa Barat di tengah pandemi didukung setidaknya oleh tiga hal: infrastruktur yang memadai, SDM yang mumpuni, serta dukungan pemerintah daerah seperti kemudahan perizinan dan promosi investasi salah satunya melalui kegiatan West Java Investment Summit (WJIS) 2021.

WJIS merupakan hasil kolaborasi dan sinergi seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Jawa Barat bersama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, khususnya melalui DPMPTSP yang telah dilakukan sejak 2019. Mengusung tema “Navigating Post – Covid World: Investment Growth for Resilient West Java”, the 3rd WJIS 2021 akan diselenggarakan pada 21-22 Oktober 2021. Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada perhelatan promosi investasi tahun ini akan diangkat sejumlah proyek investasi yang ready to offer, termasuk proyek investasi di Jawa Barat bagian selatan sebagai destinasi baru investasi. Tidak hanya itu, pada WJIS 2021 juga akan dilakukan peresmian Peraturan Presiden (Perpres) No. 87 Tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana dan Jawa Barat bagian selatan, yang memperkuat keyakinan para calon investor mengenai besarnya potensi dan manfaat berinvestasi di Jawa Barat. WJIS 2021 masih akan menawarkan proyek potensial di kawasan REBANA dan beberapa potensi investasi di sektor pariwisata, kawasan industri, dan UMKM yang merupakan kerja sama dengan Dinas Pariwisata, Himpuan Kawasan Industri (HKI) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).

Sinergi dan kolaborasi antar stakeholders menjadi kunci penting suksesnya investasi di Jawa Barat yang berperan dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi untuk mencapai pertumbuhan seperti pada level pra-pandemi. Beberapa kegiatan juga telah dilaksanakan dalam rangka Road to WJIS 2021 antara lain Infrastructure Forum pada 14 Agustus 2021, Launching Ekosistem Investasi Jawa Barat pada 19 Agustus 2021, dan beberapa hari yang lalu Capacity Building terkait Penyajian Overview Proyek Investasi yang dilaksanakan secara virtual pada 14 Oktober 2021. Ketiga kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka mengidentifikasi peluang investasi baik pada industri besar, kecil, maupun menengah, serta memperkuat struktur kelembagaan untuk mendorong realisasi investasi, termasuk meningkatkan kemampuan SDM pemerintah kabupaten/kota di Jawa Barat dalam menggali potensi, mengangkat dan mempromosikan investasi di daerah masing-masing.

Dalam jangka pendek, realisasi investasi di tengah pandemi berdampak positif pada penciptaan lapangan pekerjaan baru. Sementara dalam jangka menengah panjang, investasi dapat memberikan multiplier effect yang besar pada kinerja ekspor, perbaikan pendapatan dan daya beli masyarakat pekerja, serta bergeraknya berbagai sektor ekonomi lainnya, baik di hulu (backward linkages) maupun hilir (forward linkages). Pada akhirnya, pertautan dampak peningkatan investasi akan meningkatkan resiliensi ekonomi Jawa Barat dan mendukung juga ketahanan ekonomi nasional. Ke depannya, Jawa Barat diharapkan semakin piawai dalam mengidentifikasi potensi investasi yang sejalan dengan concern investor global, seperti digital infrastructure dan proyek investasi yang ramah lingkungan (green economy) seperti proyek investasi rendah emisi karbon. Melalui semangat kolaborasi dan sinergitas yang apik dari berbagai stakeholders, harapan tersebut tentu bukanlah mimpi di siang bolong.(die)