Ragam

Cheng Beng Ziarah Kubur Tanda Penghormatan Kepada Leluhur

BANDUNG.SJN COM.-儿童和孙辈必须尊重并记住祖先的服务,因为他们今天的生活得益于祖先的奋斗和辛勤工作
Értóng hé sūn bèi bìxū zūnzhòng bìng jì zhù zǔxiān de fúwù, yīnwèi tāmen jīntiān de shēnghuó dé yì yú zǔxiān de fèndòu hé xīnqín gōngzuò artinya wajib anak dan cucu menghormati dan mengingat jasa leluhurnya karena kehidupan yang dinikmati saat ini berkat perjuangan dan kerja keras leluhurnya
Setiap 5 April adalah Puncak Peringatan Cheng Beng atau Ziarah Kubur.
Dulu tahun 1900an setiap tgl 25 Maret sampai 5 April di Ku Tiong Kali Tanjung dan Sin Tiong di Penggung Cirebon, tiap Ceng Beng selalu di penuhi pengunjung yang berziarah di Ku Tiong dan Sin Tiong. Mereka datang dari Luar Kota bahkan ada yang datang dari Luar negri, ada yang dari Hongkong, Singapore dan lain lain datang berziarah di Ku Tiong Kali Tanjung dan Sin Tiong Penggung Cirebon. Dulu di Ku Tiong ada bangunan Tiong Teng tempat beristirahat sementara para pengunjung habis berziarah. Tetapi kini bangunan Tiong Teng di Ku Tiong tidak ada lagi. Sedihnya Kuburan di Ku Tiong dan Sin Tiong tersisa sedikit. Berharap kuburan yang tersisa di Ku Tiong dan Sin Tiong dapat di lestarikan sebagai Cagar Budaya.
Tradisi Ceng Beng Muncul Pertama kali pada era Dinasti Han (202 SM hingga 220 M). Pada zaman Dinasti Tang (618-907 M) tradisi ini menjadi familiar. Uniknya setiap makam zaman Dinasti Tang, dibersihkan
Ceng Beng atau Qīngmíng 清明 sendiri diciptakan oleh Kaisar Xuanzong (唐玄宗) pada tahun 732 (Dinasti Tang) sebagai pengganti upacara pemujaan nenek moyang dengan cara terlalu mahal dan rumit. Dalam usaha untuk menurunkan biaya tersebut, Kaisar Xuanzong (唐玄宗) mengumumkan penghormatan tersebut cukup dilakukan dengan mengunjungi kuburan nenek moyang pada hari Qīngmíng 清明.

Pada mulanya, tradisi Ceng beng dicetuskan oleh putra mahkota Chong Er dari Dinasti Jin Suatu hari karena difitnah oleh salah seorang selir raja, Chong Er terpaksa melarikan diri ke gunung bersama para pengawalnya. Kelaparan karena tidak membawa bekal makanan, salah seorang pengawal bernama Jie Zhitui memotong bagian badannya dan memasaknya untuk sang putra mahkota agar tidak mati kelaparan. Mengetahui pengorbanan pengawal setianya itu, Chong Er merasa sedih, tetapi Jie menghibur sang putra mahkota dan memintanya agar tetap teguh bertahan hingga Chong Er dapat kembali ke istana dan merebut tahta dari selir raja yang telah memfitnahnya.

Tiga tahun lamanya mereka bertahan hidup dalam kelaparan di gunung hingga akhirnya sang selir meninggal dunia. Sepasukan tentara menjemput Chong Er untuk kembali ke istana, saat itu dia melihat Jie Zhitui mengemasi sebuah tikar tua ke atas kuda. Chong Er mentertawakannya dan meminta Jie untuk membuang tikar itu, tetapi Jie menolaknya dan berkata,”…hanya penderitaan yang dapat hamba bagi bersama paduka, bukan kemakmuran…”. Jie berpamitan kepada Chong Er untuk tetap tinggal di gunung bersama ibunya.

Setelah Chong Er kembali ke istana, dia bermaksud mengundang Jie Zhitui, tetapi Jie tidak berhasil ditemukan. Chong Er memerintahkan tentara untuk membakar hutan digunung itu agar Jie segera keluar menemuinya. Yang terjadi malah sebaliknya, mereka menemukan Jie Zhitui mati bersama ibunya di bawah pohon willow. Chong Er sangat sedih melihat pengawal setianya itu malah mati karena keinginannya. Sejak itu Chong Er memperingati hari itu sebagai hari Hanshi. Pada saat peringatan Hanshi ini, kaisar tidak mengizinkan siapapun menyalakan api untuk memasak, sehingga peringatan ini juga dikenal dengan sebutan Perayaan Makanan Dingin.

Sedangkan tradisi peringatan Cengbeng sendiri sebenarnya dicetuskan oleh kaisar Xuanzong dari Dinasti Tang pada tahun 732. Kaisar saat itu menilai kebiasaan masyarakatnya terlalu sering melaksanakan upacara bagi pada leluhur dan berbiaya mahal sehingga sering kali menyusahkan mereka sendiri. Kaisar menitahkan sejak saat itu upacara bagi para leluhur cukup dilakukan pada pertengahan musim semi atau Cengbeng saja.

300 tahun yang lalu pada masa pemerintahaan Dinasti Qing (1644 – 1911), tradisi peringatan Hanshi digabungkan dengan upacara Qingming (Cengbeng), lama kelamaan peringatan Hanshi mulai memudar dan tinggal tradisi Cengbeng yang bertahan hingga sekarang sebagai salah satu upacara penting bagi masyarakat tionghoa diseluruh dunia.
Tetapi karena Covid acara ini di tiadakan.
Di beberapa negara di Asia, peringatan Cengbeng dianggap sangat penting artinya dan diperingati sebagai hari libur nasional selama beberapa hari. Selain perayaan Tahun Baru Imlek, Cengbeng adalah tradisi penting bagi masyarakat tionghoa, karena pada masa inilah seluruh anggota keluarga berkumpul bersama menghormat dan memperingati leluhur mereka. Tetapi karena Covid acara ini di tiadakan
Kita harus selalu mengingat jasa leluhur kita. Yang berbudi selalu ingat jasa leluhur dan tidak melupakannya.(Jeremy Huang)