Pemerintahan

Ekraf Film Festival 2020: Gairahkan Pelaku Ekraf Jabar di Tengah Pandemi

BANDUNG.SJN COM.-Pandemi COVID-19 memukul ekonomi kreatif Jawa Barat (Jabar). Sebanyak 14.991 pelaku ekonomi kreatif (ekraf) Jabar terdampak. Kreativitas dan inovasi terhenti, khususnya pada sub sektor film.

Memasuki masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar coba menggerakkan sub sektor film dengan menggelar Ekraf Film Festival 2020. Gelaran tersebut diharapkan memantik gairah pelaku ekraf untuk kembali berkarya.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyatakan, potensi ekraf Jabar, khususnya sub sektor film, sangatlah besar. Belum lagi kondisi alam dan budaya Jabar mampu menopang pelaku ekraf untuk menciptakan karya film yang menawan dan memesona.

“Saya menyambut baik kegiatan Festival Film Ekonomi Kreatif yang dikompetisikan untuk menggali potensi ekonomi kreatif di bidang perfilman. Tentunya setting di Jawa Barat sangat indah dan luas, orang kreatif anak mudanya juga banyak atau hampir 60 persen,” kata Kang Emil –sapaan Ridwan Kamil, Rabu (15/7/20).

Cerita, audio, dan teknik pengambilan gambar yang apik, kata Kang Emil, menjadi modal penting dalam membuat film berkualitas.

“Film yang baik menurut saya ada skrip, urut-urutan apa yang harus diambil, ceritanya seperti apa, sehingga menghasilkan cerita yang kuat. Kadang-kadang ceritanya kuat, tapi teknis fotografinya biasa saja juga bisa keren, apalagi kalau teknis fotografinya bisa bagus,” ucapnya.

Sedangkan Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, film yang baik harus mengandung pesan moral, nilai kebangsaan, patriotisme, dan edukatif.

“Setiap film yang dibuat ada pesan-pesan yang disampaikan kepada masyarakat, khususnya para penonton, terutama pesan moral yang harus diselipkan dalam setiap filmnya. Apalagi hari ini tontonan dianggap jadi tuntunan,” kata Kang Uu.

Gali Potensi Jabar Lewat Film

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar Dedi Taufik mengatakan, ekraf sub sektor film dapat menampilkan potensi-potensi kepariwisataan Jabar. Apalagi, pada 2017, tercatat jumlah pelaku ekraf sub sektor film, animasi, dan video mencapai 1.000 komunitas.

“Saya inginkan kedepan di Jawa Barat ada pengembangan industri kreatif terutama terhadap perfilman yang dikemas dalam tempat-tempat destinasi wisata yang memang menjadi unggulan di Jawa Barat,” kata Dedi.

Menurut Dedi, Ekraf Film Festival 2020 bertujuan memfasilitasi pelaku ekraf untuk bangkit dan memulihkan ekonomi pada masa AKB. Ia berharap film-film yang dihasilkan dapat mengedukasi masyarakat untuk terus berkarya di tengah pandemi.

“Ekraf merupakan suatu konsep di era ekonomi baru yang mengedepankan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama,” ucapnya.

Peluncuran Ekraf Film Festival 2020 disertai dengan Webinar bertema Bercerita Melalui Bahasa Visual Audio. Pegiat film Tony Trimarsanto dalam Webinar tersebut mengatakan, pandemi COVID-19 menuntut pelaku ekraf sub sektor film untuk berinovasi dan beradaptasi.

“Pandemi menjadi ruang pembelajaran bagi kami. Temuan-temuan baru di kondisi seperti ini akan menjadi hal baru di sub sektor film pada masa yang akan datang,” kata Tony.

Tony berharap akan ada hal baru yang dapat dieksploitasi oleh pelaku ekraf sub sektor film Jabar dalam berkarya, mengingat ada batasan-batasan selama AKB. “Kita akan melihat kejutan-kejutan dari Ekraf Film Festival 2020,” katanya.

Kang Emil pun mengajak pelaku ekraf Jabar untuk konsisten berkarya dan berinovasi di tengah pandemi dan masa AKB. “Tetap berinovasi selama pandemi dan AKB ini. Kita buktikan kita bisa terus produktif, tapi dengan rasa aman dan nyaman selama pandemi COVID-19 ini,” kata Kang Emil. (die)