Ekonomi

Bisnis dan Profesi Prospektif di Era AKB

BANDUNG.SJN COM.-Industri kreatif masih akan menjadi andalan Jawa Barat dalam menggerakkan ekonomi memasuki fase kenormalan baru atau di Jabar disebut Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Kuncinya adalah adaptasi dan inovasi.

Tidak dipungkiri wabah COVID-19 telah mempengaruhi semua sektor ekonomi termasuk industri kreatif. Banyak pertunjukan atau konser musik yang dibatalkan karena harus menghindari kerumunan orang. Seniman dan budayawan kehilangan pekerjaan, termasuk penata acara (event organizer) dan rumah produksi yang mengelola atau memproduksi industri kreatif.

Namun dengan sifatnya yang mengandalkan daya cipta, intelegensia manusia, dan kekayaan intelektual, maka industri kreatif justru menjadi sektor yang paling prospektif dan bahkan sangat mungkin dilakukan orang umum sekalipun.

Menurut Dewan Pengarah Komite Ekonomi Kreatif dan Inovasi (Kreasi) Jawa Barat Dwinita Larasati, Jabar punya potensi sangat memadai untuk mengembangkan industri kreatif di era normal baru.

Tinggal yang dibutuhkan adalah pemetaan potensi-potensi itu lalu menyalurkan dalam satu arus ekosistem sehingga hasilnya akan menuju perkembangan ekonomi kreatif. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini.

“Gak diapa- apain pun industri kreatif pasti akan maju. Apalagi kalau ada intervensi pemerintah dan kreativitas dari masyarakat itu sendiri,” ujar Dwinita yang akrab disapa Tita, Rabu (10/6/20).

Tita telah membuat daftar industri kreatif yang memiliki ceruk pasar besar dan relatif mungkin dilakukan masyarakat. Hal yang sudah terlihat dan jadi fenomena saat ini adalah peralihan industri fesyen dari produk konvensional seperti pakaian ke produksi masker dan alat pelindung diri (APD).

Sub sektor industri kreatif lainnya seperti fotografi, desain grafis, video wisata atau film – film yang menjual rasa kangen wisatawan terhadap suatu tempat yang pernah dikunjunginya. Lalu penggalangan dana melalui konser musik jarak jauh, juga cukup menjanjikan.

Kemudian makanan minuman praktis yang dikemas dalam bungkus yang ramah lingkungan, bukan justru dengan banyak kantung plastik seperti yang terjadi saat ini.

Lalu ada barang – barang yang berkaitan dengan olahraga dan gaya hidup sehat pun akan sangat banyak dicari seperti alat – alat kesehatan dan kebugaran (fitness), perlengkapan olahraga (sepatu, pakaian, alat pelindung).

Selain itu perlengkapan kebersihan seperti sabun, kosmetik berbahan organik, dan obat- obatan herbal seperti jamu – jamuan juga akan banyak dicari orang. “Bahkan kue pun dapat dibuat dari bahan yang menyehatkan,” sebut Tita.

Penjualan secara daring (online) dan e-commerce pun akan sangat berkembang. “Ini juga masuk bagian industri kreatif, bagaimana dia men-delivered barang jualannya dengan cara tidak biasa,” jelas Tita yang juga Ketua Bandung Creatif City Forum (BCCF).

Sejurus dengan itu beberapa jenis pekerjaan yang prospektif di era baru, seperti penjahit, fotografer, desainer grafis, ilustrator, penata letak (layouter), kamerawan, pelatih kebugaran privat, tenaga pemasar (marketing), pengembang laman internet dan aplikasi (web dan digital developer), dan sejenisnya.

Senada dengan Tita, pengamat ekonomi Acuviarta Kartabi menyarankan para pelaku industri dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) makin mengadaptasi sistem pemasaran daring atau online atau yang berbasis platform digital.

Menurut Acu, dalam situasi AKB sekalipun mobilitas dan aktivitas masyarakat tidak akan serta merta pulih atau sama seperti sebelum COVID-19. Jabar punya modal besar untuk bangkit dan keluar dari krisis ekonomi akibat COVID-19 karena didukung konektivitas telekomunikasi memadai, infrastruktur antarwilayah yang baik, logistik dan dukungan komoditas cukup lengkap.

“60 persen industri nasional ada di Jabar, penduduk Jabar paling banyak, market size ada di Jabar. Daerah yang penduduk yang banyak tinggal kita suntik untuk tumbuh,” ujarnya.

Menurut Acu, industri pariwisata dan industri kreatif, perhotelan dan akomodasi, usaha makanan dan minuman, dan industri lain berbahan baku lokal, punya peluang untuk bangkit di era baru. Asalkan, kata Acu, syarat – syarat kesehatan harus ditegakkan oleh pelaku industri tersebut. “Seperti kata Pak Gubernur, syaratnya mudah saja di era AKB itu: pakai masker, jaga jarak, dan rajin cuci tangan,” sebut Acu.

Dengan meningkatkan kinerja kesehatan dan konsistensi kesadaran masyarakat, Acu optimistis Jabar sudah dapat membuka kembali ekonominya dalam waktu dekat.

“Asumsi saya Juni kita bisa menuntaskan (COVID-19), kemudian ekonomi bisa bergerak perlahan mulai Juli. Kalau estimasi normal pertumbuhan ekonomi tumbuh 5 persen, tahun depan kita dapat kembali normal,” kata Acu.

Kebiasaan Baru Konsumen dan Prospek Bisnis

Selama COVID-19, pemerintah menjalankan jaga jarak (physical distancing) yang mendorong perubahan perilaku konsumen sebagai dampaknya. Menurut studi terkini dalam kajian berjudul “Consumer Behaviour New Normal After COVID-19” – The 30 Predictions, yang disusun empat sekawan Yuswohady – Farid Fatahillah – Amanda Rahmaniar – Isti Hanifah, ada empat perubahan besar perilaku konsumen saat wabah COVID-19.

Pertama, stay at home lifestyle: merujuk pada gaya hidup baru tinggal di rumah dengan aktivitas working – living – playing karena ada physical distancing. Kedua, emphatic society: kelahiran masyarakat baru yang lebih empati, welas asih, dan punya rasa solidaritas tinggi. Ketiga, go virtual: jaga jarak mengharuskan masyarakat menggunakan media virtual/digital. Keempat, bottom of pyramid: pergeseran kebutuhan manusia dari puncak piramid (aktualisasi diri) ke dasar piramid yakni makan, kesehatan, keamanan jiwa raga.

Empat perubahan besar perilaku ini telah menghadirkan 30 kondisi – kondisi baru yang prospektif secara bisnis dapat dilakukan UMKM, start up, dan industri.

Perubahan yang terasa belanja online lebih dalam dan luas, tidak sebatas barang – barang sekunder tersier dan makanan baru yang sedang hits, tapi bergeser ke bahan makanan, sembako, makanan, dan kebutuhan harian. Gaya hidup memasak di rumah (home cooking) akan kembali, makanan beku sebagai solusi praktis, perawatan diri dan do it your self (DIY), dan keseimbangan hidup antara kerja – main – kesehatan juga akan muncul.

Perubahan lainnya adalah gaya hidup “jamu is the new espresso”, halal thoyyiban jadi arus utama, pay later solution, dan travelling gaya baru. Kemjdian kemunculan generasi Zoom dan virtual, gaya hidup di awan (cloud lifestyle), telemedicene: from visit to virtual, positif parenting, dan ibadah virtual. Lalu kemunculan empati dan solidaritas di masyarakat.

Dari kondisi – kondisi tersebut, muncul banyak bisnis yang sangat menguntungkan dan cepat berkembang. Seperti bisnis sayuran dan sembako online dengan metode antar langsung ke konsumen, penjualan buku resep, pengiriman makanan beku (frozen food), games, dan hiburan dalam rumah.

Prospek bisnis lain seperti kelas yoga dan kebugaran di rumah, konten kreatif di televisi, perawatan dalam rumah (home treatment), desain interior, furnitur, peralatan kantor dan properti kantor dalam rumah, makser dan APD, konser virtual, MICE virtual, startf up bidang virtual reality dan augmented reality, start up robot dan automasi, pembelajaran, parenting, dan training motivasi jarak jauh, serta privat dan home schoolling.

Bisnis – bisnis baru ini berpotensi terus tumbuh dan berkembang hingga dua tahun mendatang, sebab menurut studi dari Harvard University jaga jarak (physical distancing) kemungkinan tetap akan berlangsung hingga 2022 kecuali penanganan kesehatan dan vaksin COVID-19 ditemukan lebih awal.