Politik

Legislator Nilai Pembukaan Sekolah Saat Pandemi Tidak Tepat

JAKARTA.SJN COM.-Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Heryawan menilai wacana pembukaan sekolah di tengah pandemi Covid-19 sebagai ketergesaan yang berbahaya. Menurutnya, jika dipaksakan, akan menjadi pertaruhan besar bagi keselamatan generasi penerus bangsa di masa depan. Ketua Tim Covid-19 F-PKS ini menegaskan, pembukaan sekolah di saat pandemi sama saja dengan mempertaruhkan nyawa generasi penerus bangsa.

“Kita tahu, hingga kini transmisi Covid-19 belum terkendali, kasus baru masih terus terjadi, dan kurvanya juga masih belum melandai. Saya keberatan jika anak-anak seperti dijadikan kelinci percobaan untuk menguji kebijakan Pemerintah. Atas nama kecintaan, kepedulian dan keberpihakan terhadap masa depan generasi bangsa, saya minta tunda kebijakan ini,” tegas Netty dalam siaran pers kepada Parlementaria, Sabtu (30/5/2020).

Kekhawatiran Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI ini wajar, mengingat penularan Covid-19 kepada anak-anak Indonesia tergolong cukup tinggi. Sebagaimana rilis resmi yang disampaikan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 18 Mei 2020, bahwa tak kurang dari 584 anak dinyatakan positif mengidap Covid-19 dan 14 anak di antaranya meninggal dunia. Sementara itu, jumlah anak yang meninggal dunia dengan status pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 berjumlah 129 orang dari 3.324 anak PDP tersebut.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) juga menyampaikan bahwa hingga 28 Mei 2020, total anak-anak yang terpapar Covid-19 mencapai 5 persen dari total kasus yang dilaporkan ke Pemerintah. Bahkan saat ini beredar petisi online yang sudah ditandatangani lebih dari 60 ribuan orang, meminta agar pembukaan sekolah di tengah pandemi Covid-19 ini ditunda.

“Kasus kematian anak Indonesia karena Covid-19 paling tinggi se-Asia. Jika tidak menyiapkan seluruh faktor pendukungnya, maka sekolah dapat menjadi mata rantai baru penularan Covid-19. Kita perlu pikirkan bagaimana cara anak berangkat ke sekolah, bagaimana anak berinteraksi dengan sesama murid dan para guru, bagaimana faktor kebersihan sarana dan prasarana sekolah, hingga bagaimana mengatur rasio jumlah siswa per kelas?” tanya legislator daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat VIII itu retoris.

Netty meminta Pemerintah belajar dari negara lain seperti Perancis dan Korea Selatan. “Ketika Perancis mulai membuka sekolah, ditemukan ada 70 kasus baru. Sementara di Korea Selatan ada 79 kasus baru. Apa kita ingin seperti itu juga? Janganlah coba-coba kebijakan yang pertaruhannya adalah nyawa,” tandas Netty.

Selain itu, menurut Netty, berdasarkan laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) baru ada 18 persen sekolah yang siap dengan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, sementara 80 persen sekolah lebih lainnya tidak siap. “Ini membuktikan bahwa pembukaan sekolah saat ini berbahaya dan penuh pertaruhan, bahkan banyak orang tua yang khawatir jika pembukaan sekolah tetap dipaksakan,” kilah Netty. (tn/sf)