Pemerintahan

Ridwan Kamil Ingatkan Praja IPDN Bahaya Hoaks

SUMEDANG.SJN COM,-Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bertausiyah di hadapan ratusan praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dalam Subuh Keliling di Masjid  Jami Darul Ma’arif kampus IPDN, Jalan Raya Jatinangor, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Minggu (6/10/19).

Kepada para praja dari berbagai tingkatan tersebut, Gubernur mengingatkan tiga hal agar negara tidak bubar: kerukunan, persatuan, dan kondusivitas.

Menurutnya, di era serba cepat ini berita bohong atau hoaks begitu bertebaran bak peluru berdesingan dalam peperangan. “Sekarang bukan lagi perang senjata tapi perang informasi, provokasi, dan berita bohong,” katanya.

Gubernur mencatat setiap tahun bermunculan sampai sekitar 5.000 hoaks yang memperkeruh suasana dan jika dibiarkan berpotensi memunculkan konflik kekerasan. Tak ingin hal itu terjadi di Jabar, Emil membentuk Tim Jabar Saber Hoaks untuk menangkal berita bohong yang berseliweran di dunia maya.

Gubernur meminta agar para pamong andalan negara ini jangan sampai mudah terjebak pada informasi yang belum tentu kebenarannya. Bahkan, calon abdi negara ini harus menjadi pengaping masyarakat.

“Jadi hati- hati dengan yang namanya provokasi,” tambah pria yang karib disapa Emil.

Emil memaparkan, syarat NKRI tidak bubar dan menjadi negara adidaya di tahun 2045 sepert prediksi banyak pakar dunia adalah dengan menegakkan persatuan dan ideologi bangsa.

Sudah ada beberapa bukti sebuah negara bisa hancur karena tidak dapat memelihara ideologinya. “Dulu ada negara yang namanya Uni Soviet sudah bubar, dulu ada namanya Yugoslavia bubar, itu menandakan kalau tidak ada komitmen dari masyarakat terhadap ideologi bangsanya, maka sebuah negara bisa bubar,” jelas Emil.

Uni Sovyet mirip dengan Indonesia, memiliki banyak suku bangsa, bahasa daerah  dan agama beragam. “Alhamdulillah masih bersatu, maka nikmat berbangsa dan bernegara ini harus terus diijaga. Syaratnya hanya satu, yaitu menjaga kepercayaan, persatuan, dan menegakkan Pancasila sebagai ideologi bangsa,” tutup Emil.