Pemerintahan

Wujudkan Nelayan Juara Targetkan 200 Nelayan Mengantongi Sertifikat BST -F

BANDUNG.SJN COM,-Pemerintah Provinsi Jawa Barat menargetkan 200 orang nelayan mengantongi sertifikat Basic Safety Training Fisheries (BST-F) pada 2019. Hal tersebut untuk mewujudkan program Nelayan Juara.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat Jafar Ismail mengatakan sertifikasi tersebut dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI.

“Kami menargetkan sebanyak-banyaknya, tapi tahun ini kurang lebih 200 orang,” ujar Jafar seusai acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (12/9/2019).

Jika nelayan tersebut sudah memiliki sertifikat, maka dapat dijadikan sebagai persyaratan jika hendak bekerja di perusahaan asing. Sertifikat tersebut berlaku di seluruh dunia, bahkan di Indonesia.

Untuk mendapatkannya, para nelayan tersebut harus mengikuti pelatihan selama sebulan pada Unit Pelayanan Teknis (UPT) KKP RI di Tegal, Jawa Tengah. Saat ini ada 156 nelayan asal Jabar yang sedang digodok untuk mengantongi sertifikat tersebut.

“Kita ada 156 orang yang dilatih ke sana, karena itu memerlukan waktu satu bulan,” ucapnya.

Jafar mengatakan target 200 nelayan bersertifikat cenderung sedikit disandingkan jumlah nelayan keseluruhan di Jabar. Hal itu karena untuk mendapatkan sertifikat memerlukan biaya yang cukup besar.

“Karena kita harus mengirim ke Tegal dengan biaya yang cukup mahal. Satu orang itu hampir Rp 40 juta,” katanya.

Dengan mengatongi sertifikat, mereka memiliki keterampilan ketika berada di laut untuk terhindar dari kecelakaan. Termasuk memahami standar operasional menangkap ikan

Disinggung apakah Pemprov Jabar memiliki langkah untuk mengeluarkan sertifikat untuk nelayan, menurut dia, sejauh ini Jabar belum memiliki sarana dan pelatih. Dengan begitu, langkah paling mudah yaitu mengirimkan nelayan mengikuti pelatihan ke Tegal.

“Karena belum ada sarana dan pelatihnya karena itu harus terus disertifikasi juga mereka yang mengeluarkan sertifikasi itu tidak bisa sembarangan. Kita yang paling mudah itu mengirimkan ke sana,” katanya.

Kendati demikian, pihaknya akan bekerjasama dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 1 Mundu Kabupaten Cirebon jurusan Perikanan dan Kelautan. “Yang ada itu di Mundu sudah mengeluarkan BST-F lulusanya sudah otomatis. Tapi di Jabar Selatan belum ada,” katanya.

Hanya saja, lanjut Jafar, ada dua daerah yang mengajukan berdirinya SMK Perikanan dan Kelautan. Namun, dia katakan, perlu adanya persiapan yang matang untuk merealisasikan hal tersebut.

“Kemarin yang mengajukan Cianjur dan Cidaun ini ingin juga mempunyai. Tapi harus prasarana dan guru-gurunya dipersiapkan dulu,” katanya.

Adapun jumlah nelayan di Jabar sebanyak 123.041 orang, terdiri dari nelayan penuh 81.720 orang, nelayan sambilan utama 38.577 orang, dan nelayan sambilan tambahan 7.744.

Mereka tersebar di Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, Kota Cirebon, Cirebon, Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Pangandaran, Ciamis, Kuningan, Majalengka, Kota Banjar, Kota Tasikmalaya, Kota Sukabumi, Sumedang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Purwakarta, Kota Bekasi, Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bogor.

Dalam kesempatan tersebut, Pemprov Jabar pun tengah melakukan penerapan teknologi Fish Finder di sektor perikanan yang membuat hasil tangkapan nelayan meningkat sampai 10 kali lipat. Dengan Fish Finder, nelayan dapat mengetahui keberadaan ikan, topografi bawah laut, dan kedalaman laut.

Fish Finder terdiri dari display berupa monitor dan tranducher. Tranducher sendiri berfungi untuk memindai keberadaan ikan di laut. Nantinya, gerak laju ikan di bawah laut dapat dilihat di monitor. Hal tersebut membantu nelayan dalam menentukan titik pencarian ikan.

Dengan demikian, di Jawa Barat telah menerapkan teknologi 4.0 untuk nelayan. Yaitu melengkapi nelayan dengan sebuah alat bernama Fish Finder. Nelayan tidak usah pakai insting lagi untuk menangkap ikan.

Selain memindai keberadaan ikan di laut, alat tersebut dapat memprediksi cuaca, dan berkomunikasi via chat room.