Pendidikan

Kadisdik Jabar Sukseskan Ngabaso dan Jabar Masagi

BANDUNG.SJN COM. Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Barat DR. Ir. Hj. Dewi Sartika. MSi (Ike), siap menyelenggarakan program-program inovasi Gubernur Ridwan Kamil (Emil) yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi)-nya.

“Ini harus kita dukung, dan insya allah kita juga. Artinya seluruh stake holder pendidikan, saya rasa sudah menyambut baik. Dan kita sendiri, ada yang memang tanggungjawabnya dikita gitu ya, kegiatannya memang ada secara khusus di kita, tetapi ada yang memang tidak khusus di kita,” ujar Ike saat bincang-bincang denganBEDAnews.com dan Jabar Media Grup  di ruang kerjanya Jl Rajiman No.6, Bandung, Jumat (18/1/2019).

Program Gubernur Emil yang secara langsung dan tidak langsung, terkait dengan Tupoksi Disdik Jabar tersebut adalah Jabar Quick Response (Jabar QR), Ngabring ka Sakolah (Ngabaso), Jabar Masagi, Street Library (Kolecer dan Candil) dan Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-cita (Sekoper Cinta).

NGABASO

Ngabring ka Sakolah, jelas Ike, adalah program yang diluncurkan Gubernur Emil karena terkait dengan hak anak,  bagaimana hak anak terpenuhi, tetapi didampingi oleh orangtua.

“Sekarangkan ngobrol itu menjadi sesuatu yang sangat jarang gitu ya, karena ada HP gitu, yang jauh bisa didekatkan, tetapi jangan lupa yang dekat juga bisa dijauhkan,” ungkapnya.

Ngabring ka sakolah atau ngabaso, jelas Ike, adalah agar orangtua bisa mengantarkan anak-anak ke sekolah, tetapi tidak usah sampai ke sekolah, sepuluh atau duapuluh menit sebelum sampai ke sekolah, orangtua sudah bisa pulang kembali ke rumah.

Yang ingin didapatkan dari kegiatan tersebut adalah kualitatime, atau ngobrol seorang anak bersama orangtua, dalam perjalanan ke sekolah.

“Jadi disitu, anak bisa bercerita apapun, entah itu keluhan, entah itu keinginan, entah itu harapan dan sebagainya, antara orangtua dan anak,” jelasnya. Kegiatan ini terang Ike, untuk semua mulai dari tingkat PAUD sampai SMA.

Ike juga menjelaskan, ada empat nilai utama yang diinginkan Gubernur Emil dengan adanya program Ngabaso, yaitu kekuatan fisik si anak, kecerdasan akal anak, ahlak dan nilai-nilai spiritual.

Mengingat kegiatan tersebut butuh kekuatan fisik yang prima. orangtua juga harus memperhatikan konsumsi makanan bagi anak-anaknya.

“Kalau bahasa dulu 4 sehat 5 sempurna, kalau sekarang B2SA, beragam, bergizi, seimbang dan aman,” ungkapnya.

Program Ngabaso, jelas Ike, juga sangat sejalan dengan program-program inovasi Gubernur Emil yang lainnya, yaitu program Jabar Masagi.

JABAR MASAGI

Di Jabar Masagi itu, Gubernur Emil menginginkan anak usia sekolah memiliki karakter. Tentunya, harus ada materi-materi pelajaran yang ditanamkan, seperti budi pekerti (kearifan lokal).

Mengingat Jawa Barat luas, dan masing-masing wilayah punya nilai-nilai kearifan lokalnya sendiri maka tak boleh ada penyeragaman.

“Jawa Barat itu secara budaya, ada yang priangan, ada yang cirebon, ada yang betawian. Nah bagaimana, artinya mungkin ada wilayah-wilayah, mulai dari atas gitu misalnya, Depok, Bekasi, dan sebagainya, dia betawian dan lebih dekat ke Jakarta gitu ya. Ya mereka harus menemukan disitu apa kearifan kearifan lokalnya,” ujarnya.

“Jadi saya rasa, mereka harus menemukan, dan bentuk kegiatan memang ada di kita, kegiatannya lebih kepada silabus-silabusnya nanti kita akan tetapkan berdasarkan masukan-masukan di lokal, baik itu dari KCD, dari disdik, dan tentu saja masyarakat-masyarakat, atau mitra yang terkait dengan pendidikan,” tambahnya.

Yang diharapkan adalah, bagaimana Jawa Barat mempunyai manusia yang Masagi.

“Jadi masagi itu, dia mampu merasakan, merasakan itu surti gitu ya, memahami itu harti, jadi ada surti, harti, melakukan bukti, kemudian dia hidup bersama, hidup bersama itu bakti, kira-kira seperti itu,” katanya.

“Atau ada juga bahasa lain, merasakan itu rasa, memahami karsa, melakukan itu karya, hidup bersamanya itu ada dumandi, nyatalah gitu ya, jadi itu bahasa yang luar biasa, punya value, punya nilai,” tambahnya.

Semua itu, nanti akan dijabarkan, bentuknya seperti apa, dan modulnya seperti apa, solusinya harus seperti apa, dan kepada siapa. “Tahapannya mungkin ada TOT (training of trainers),” katanya.

Setelah itu, baru baru nanti akan disosialisasikan kepada sekolah-sekolah, mulai dari Provinsi, Kabupaten Kota.

Jadi itu, ada tahapan-tahapannya, yang terstruktur sih, kalau menurut saya,” pungkasnya.