Regional

Membangun Keluarga Yang Bahagia Dan Sejahtera.

 

 

Bandung.SJN Com

Ketua P2TP2A Jawa Barat, Netty Prasetyani Heryawan mengungkapkan ada empat tantangan dalam membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera.

 

Hal tersebut dikatakannya usai menghadiri Silaturahmi BKKBN Se-Jawa Barat dalam rangka Idul Fitri 1438 H, sekaligus memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-25 tingkat Jawa Barat, di Kantor BKKBN Jawa Barat, Jalan Surapati Bandung.

 

Faktor pertama menurutnya adalah Human Trafficking (Perdagangan Manusia) yang kerap menjadikan anak-anak sebagai korban. Kedua yakni bahaya pornografi yang sangat mudah diakses anak-anak melalui gadget.

 

Kemudian faktor ketiga yaitu Narkoba (Drugs) dan terakhir dituturkannya adalah bahaya HIV/AIDS yang tidak hanya menyasar remaja tetapi juga orangtua karena disebabkan pola seksual yang tidak sehat.

 

“Jadi hari ini harus dimaknai untuk konsolidasi dan menjaga keberlanjutan peradaban oleh keluarga,” ujar Netty

 

Netty meminta semua pihak termasuk BKKBN dan dinas terkait di Jawa Barat bisa terus gencar membuat program kesejahteraan keluarga, melalui Rencana Aksi Multipihak Implementasi Pekerjaan (RAM IP) yang sering dilakukan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lintas sektoral.

 

Sejauh ini pihaknya juga sudah mendorong isu-isu permasalahan keluarga agar programnya dirancang oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

 

“Jadi tidak hanya berbicara soal metode kontrasepsi jangka panjang, tapi berbicara Kampung KB generasi ketiga yang akan melakukan program Keluarga Berencana. Kemudian yang kedua menyukseskan program bina-bina ada Bina Keluarga Balita, Remaja, dan Lansia,” paparnya.

 

Selain itu, Netty berharap semua Kampung KB di Jawa Barat mulai menginisiasi program Kampung KB generasi ketiga, yaitu sebuah program yang menghasilkan keluarga tanpa kekerasan. Hal ini didukung melalui pendidikan nilai agama guna menjadi benteng anak-anak menolak empat tantangan diatas.

 

Anak-anak juga diharapkannya berani melaporkan jika merasa ada percobaan kekerasan kepada dirinya. Mereka harus tahu bagaimana cara membentengi diri, baik itu dengan lari, berteriak, atau melempar sesuatu.

 

“Kita semua berharap mudah-mudahan peringatan Hari Keluarga Nasional tahun ini menjadi sebuah konsolidasi nasional, bahwa kedepan keluarga Indonesia yang menghadapi bonus demografi, betul-betul menyiapkan pola pengasuhan pendidikan dan perlindungan yang tepat untuk bisa menghadirkan anak-anak sebagai calon pemimpin masa depan,” pungkasnya.(die)