Parlementaria

Aleg PKS Minta Pertamina Lebih Transparan Terkait Penanganan Pencemaran Pantura

KARAWANG.SJN COM,-Tepat dua bulan semenjak peristiwa kebocoran minyak bumi Pertamina di Pantura Karawang, Anggota Legislatif DPRD Provinsi Jawa Barat, Ir. H. Abdul Hadi Wijaya, MSc. bersama Anggota DPRD Kabupaten Karawang Drs. H. Maman Suherman, MPd., mengunjungi Desa Sedari, Cibuaya Karawang untuk meninjau langsung pesisir pantai karawang yang terdampak kebocoran minyak. Kamis (12/9/2019).Pada saat yang bersamaan, di lokasi yang dikunjungi sedang berlangsung proses pembagian uang muka kompensasi untuk masyarakat yang terdampak dari Pertamina.

Abdul Hadi dan Maman pun berkesempatan untuk diskusi langsung dengan Kepala Desa Sedari, Bisri. Selain itu juga mereka berkesempatan meninjau langsung pemrosesan rekening dan kartu ATM kepada warga Sedari yang terdampak langsung, sebagai bagian dari upaya kompensasi Pertamina.

Abdul Hadi mengapresiasi upaya Pertamina merespon upaya pemerintahan desa setempat yang telah mendata warganya yang menjadi korban dari pencemaran kemudian menggulirkan kompensasi melalui tiga Bank Negara. “Kalau itu adalah DP dari kompensasi untuk masyarakat, saya mengapresiasinya. Tapi kalau itu adalah kompensasi sepenuhnya pertamina kepada warga, jelas ini kecil sekali nilainya. Sebab, 900 ribu rupiah yang masuk ke rekening masyarakat hari ini sama saja dengan mereka mendapatkan 30ribu rupiah per hari, yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga di sini” ungkap Aleg Provinsi dari Fraksi PKS ini.

Dari dialog dan diskusinya dengan Kepala Desa Sedari serta warga yang hadir, para Aleg PKS ini menyimpulkan bahwa Pertamina belum transparan dalam menanggulangi pencemaran yang terjadi. Baik penyebab, penanggulangannya dan antisipasi jauh lebih panjang lainnya serta kompensasi yang akan diberikan kepada masyarakat.

“Data masyarakat yang terpapar pencemaran ini dinamis karena hari ini yang terkena dampak adalah warga sekitar Sedari, Pakis,

Cemarajaya dan beberapa pantai sekitar Kab Bekasi dan Pulau Seribu. Tapi kalau angin berubah, bisa jadi pencemaran ini meluas sampai Subang, Indramayu, bahkan Cirebon. Perlu antisipasi sedini mungkin dari Pertamina,” papar Abdul Hadi di tengah kunjungannya.

“Selain itu juga ada potensi kerusakan lingkungan yang saat ini mungkin belum terasa,” tegas Abdul Hadi. Hal tersebut dikarenakan pembersihan pasir yang tercemar dilakukan dengan cara mengeruk pasir tersebut dan membawanya ke tempat pengolahan. “Mohon Pertamina menyiapkan antisipasi hal ini, misalnya dengan cara membawa kembali pasir yang telah diolah tadi kembali ke pesisir pantai,” lanjut Aleg periode kedua dari Dapil Karawang-Purwakarta ini.

Selain itu juga, tanaman mangrove selama ini menjadi benteng alami dari abrasi pesisir pantai yang ada. Setelah terkena cemaran minyak banyak mangrove yang sudah mengalami gejala aakit atau mungkin saja sekarat. “Oleh karena itu saya harap Pertamina libatkan juga Tim Ahli Biologi Pantai untuk menjaga ataupun menyiapkan antisipasi terkait benteng alami ini,” imbuhnya.(dh)